Jumat, 14 November 2014

Analisis Artikel Jurnal Kondisi Sektor Informal Perkotaan dalam perekonomian Jayapura-Papua

BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang sering dihadapi oleh Negara-negara Berkembang adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diikuti lapangan kerja yang memadai, kondisi tersebut mendorong adanya usaha-usaha yang bersifat informal.
Contoh Negara berkembang yang banyak memiliki sector informal adalah Indonesia, khususnya di Kota-kota besar, tetapi kondisi sektor informal di papua juga perlu dibahas, dengan melihat betapa fleksibelnya sektor informal di kota Jayapura.
Tenaga kerja yang sedikit dan masih banyaknya masyarakat yang memiliki pendidikan rendah serta sumber daya alam yang melimpah ruah dari papua menjadi daya tarik untuk berada di sektor informal. Tetapi banyaknya sector inormal di suatu kota akan menyebabkan keindahan kota semakin berkurang.

B.    Perumusan Masalah
1.      Bagaimana isi dari jurnal Kondisi Sektor Informal Perkotaan Dalam Perekonomian Jayapura-Papua?

2.      Bagaimana analisis dari jurnal Kondisi Sektor Informal Perkotaan Dalam Perekonomian Jayapura-Papua?


C.   Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui isi atau ikhtisar dari jurnal Kondisi Sektor Informal Perkotaan Dalam Perekonomian Jayapura-Papua

2.      Menganalisis jurnal Kondisi Sektor Informal Perkotaan Dalam Perekonomian Jayapura-Papua

BAB II ANALISIS ARTIKEL JURNAL TENTANG EKONOMI INFORMAL

A.   Artikel 1 : Kondisi Sektor Informal Perkotaan Dalam Perekonomian Jayapura-Papua

1.   Ikhtisar Artikel 1
Kehadiran sektor informal perkotaan dianggap se­bagai salah satu sektor ekonomi yang muncul sebagai akibat dari situasi pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi di kota. Mereka yang memasuki usaha berskala kecil ini, pada mulanya bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. Kebanyakan dari mereka yang terlibat adalah orang-orang migran dari golongan miskin,berpendidikan rendah dan kurang terampil. Latar belakang mereka bukanlah pengusaha dan juga bukan kapitalis yang mengadakan investasi dengan modal yang besar. Namun harus diakui bahwa banyak di antara mereka telah berhasil mengembang­kan usahanya dan secara perlahan-lahan memasuki dunia usaha berskala menengah bahkan berskala besar. Ada tiga fenomena penting yang perlu disikapi sedang terjadi dalam ketenagakerjaan pada berbagai kota di negara yang sedang berkembang, khususnya Jayapura, yaitu:



(1) Kecenderungan semakin meningkatnya per­anan usaha sektor informal dalam ketenagakerjaan dan mampu memberikan pendapatan bagi pelakunya; (2) Kecenderungan fleksibelnya sektor informal dalam menerima tenaga kerja dari berbagai latar belakang yang berbeda (jenis kelamin, umur, pendidikan, keterampilan/ keahlian dan modal); dan (3) Adanya peluang sektor informal perkotaan untuk berkembang/produktif sama seperti sektor formal.
            Banyak ahli seperti B.J. Habibie yang mendukung keberadaan sektor informal perkotaan dalam suatu tatanan perekonomian suatu wilayah karena sektor ini telah terbukti lebih tahan terhadap resesi ekonomi dibandingkan dengan usaha-usaha yang berskala be­sar. Salatta (2007:46), dan Haris (2004:73), juga ber­sepakat bahwa sektor informal telah menyelamatkan ketenagakerjaan di kota-kota besar di Indonesia dengan menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan tam­bahan pendapatan bagi pelakunya.
Namun ada beberapa ahli menentang keberadaan sektor informal, dengan argumentasi bahwa sektor ini merupakan lambang tidak sehatnya perekono­mian suatu daerah, serta menghambat pengemban­gan, penataan serta ketertiban wilayah perkotaan (Manning,1996). Kemudian Sadoko (2000) menyata­kan bahwa suatu saat ekonomi informal di perkotaan akan menghilang secara perlahan-lahan, karena sektor informal hanya bersifat sementara. Mereka merupakan fungsi dari suatu sistem perekonomian yang tradisionil dalam suatu wilayah, dan selalu berada pada fase masyarakat agraris ke masyarakat industri. Pada saat target industrialisasi tercapai, maka tenaga kerja akan terserap dengan sendirinya oleh sektor-sektor formal, sehingga daya beli masyarakat meningkat, dan pada akhirnya masyarakat tidak butuh lagi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor informal.
Ada tiga faktor apa yang mempengaruhi fleksibelnya sektor informal tersebut (Syamsu, 2005) yaitu; lokasi, permintaan dan sumberdaya manusia. Sedangkan Lamba (2010:236) menemukan bahwa sumber daya manusia adalah faktor yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap fleksibilitas sektor informal di kota Jayapura. Diikuti oleh permintaan sebagai faktor kedua. Sedangkan lokasi tidak berpengaruh terhadap fleksibilitas sektor informal. Tingginya pengaruh faktor sumber daya manu­sia ini, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (a) Tingkat pendidikan pelaku sektor informal yang ada di kota Jayapura masih relatif rendah, yaitu cenderung terkonsentrasi pada tingkat pendidikan SMA sederajat ke bawah. Dalam kondisi seperti ini maka tingkat kepekaan pendidikan, keterampilan dan pengalaman terhadap lapangan kerja sektor informal akan sangat tinggi, sehingga begitu ada masyarakat pencari kerja yang mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan dan pengalaman sedikit lebih tinggi dan ingin menjadi pelaku atau pekerja dalam sektor informal, maka akan sangat mudah (sangat fleksibel); (b) Jumlah sumber daya manusia yang terlibat sebagai pelaku dan pekerja pada sektor informal di kota Jayapura, disamping persentasenya belum sebesar di kota-kota besar, juga masih terkosentrasi pada penggunaan 1 (satu) tenaga kerja, bahkan ada yang belum menggunakan tenaga orang lain. Sehingga sektor ini disamping masih sangat banyak peluang untuk membuka usaha di sektor ini, juga masih sangat fleksibel dalam menerima tenaga kerja.

2.   Analisis Artikel 1
Menurut Hart sek­tor informal adalah angkatan kerja perkotaan (urban labour force), yang berada di luar pasaran tenaga kerja yang terorganisir dan teratur.
Sedangkan menurut Rahmatia (2004) sektor informal perkotaan muncul disamping sebagai ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan keterse­diaan lapangan kerja juga sebagai pertanda kegagalan pemerintah dalam penataan sistim ketenagakerjaan, peningkatan pendidikan serta lemahnya pemerintah dalam perencanaan pengembangan wilayah yang menciptakan lapangan kerja. Berbeda dengan beberapa pendapat di atas, Alis­jahbana (2006) melihat sektor informal sebagai akibat dari daya dorong pedesaan dan daya tarik perkotaan. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa sektor informal muncul sebagai ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan keterse­diaan lapangan kerja, yang mengakibatkan adanya tenaga kerja yang tidak terorganisir untuk menciptakan lapangan kerjanya sendiri, dan sebagai akibat dari daya dorong pedesaan dan daya tarik perkotaan
        Aktifitas-aktifitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan: Mudah untuk dimasuki; Usaha milik sendiri; Operasinya dalam skala kecil; Padat karya dan teknologinya bersifat sederhana, Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal; dan Tidak terkena secara langsung oleh peraturan pemerintah dan pasarnya bersifat kompetitif.
        Sektor informal di Indonesia sangat banyak, sehingga tidak terkontrol. Banyaknya sector-sektor informal mengakibatkan banyaknya pula lapangan kerja dan pengangguran semakin sedikit. Sector informal menurut penulis sangat baik untuk meningkatkan pendapatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi kebanyakan sector informal di Indonesia mengakibatkan kesembrautan di kota, seperti pedagang kaki lima, kios-kios yang tidak resmi yang berada di pinggir jalan sampai memasuki trotoar, begitu juga lahan parkir yang menggunakan badan jalan., pengamen, penyemir sepatu, dan lain-lain.
        Hal di atas merupakan gambaran mengenai sector informal di Indonesia, lebih khusus lagi penulis membahas bagaimana sektor informal di Perkotaan dalam Perekonomian Jayapura-Papua. Papua merupakan salah satu incaran bagi para pencari pekerjaan di seluruh Indonesia, baik yang memiliki pendidikan dan keterampilan yang baik maupun tidak, bagi yang memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai, mereka akan langsng diterima di sector formal, sperti pegawai negeri. Tetapi bagi yang tidak mempunyai keterampilan dan pendidikan mereka akan mencari usaha-usaha yang bersifat informal. Namun harus diakui bahwa banyak di antara mereka telah berhasil mengembang­kan usahanya dan secara perlahan-lahan memasuki dunia usaha berskala menengah bahkan berskala besar. Salah satu fenomena penting yang perlu disikapi sedang terjadi dalam ketenagakerjaan pada berbagai kota di negara yang sedang berkembang, khususnya Jayapura, adalah Kecenderungan fleksibelnya sektor informal dalam menerima tenaga kerja dari berbagai latar belakang yang berbeda (jenis kelamin, umur, pendidikan, keterampilan/ keahlian dan modal).
Menurut Lamba (2010:236) menemukan bahwa sumber daya manusia adalah faktor yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap fleksibilitas sektor informal di kota Jayapura. Diikuti oleh permintaan sebagai faktor kedua.
Mengapa sumber daya manusia menjadi factor yang berpengaruh besar terhadap fleksibilitas sector informal? Hal tersebut dikarenakan pendidikan di Jayapura rata-rata masih rendah, hanya sebatas tamatan SMA, dan bahkan banyak yang tidak sekolah atau tidak mencapai tingkat SMA, sehingga begitu ada masyarakat pencari kerja yang mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan dan pengalaman sedikit lebih tinggi dan ingin menjadi pelaku atau pekerja dalam sektor informal, maka akan sangat mudah (sangat fleksibel). Jumlah penduduk di Jayapura juga masih tergolong sedikit bila dibandingkan dengan pulaunya yang begitu luas.       Sumber daya alam Papua juga melimpah ruah, sehingga memudahkan penduduk untuk melakukan usaha yang bersifat informal. Misalnya saja nelayan, petani, dan sebagainya. Hal ini menjadi daya tarik bagi para pendatang yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah sumber daya alam Papua secara illegal, misalnya dengan melakukan penebangan pohon secara liar. Permintaan adalah faktor yang mempunyai pengaruh terbesar kedua terhadap fleksibilitas sektor informal di kota Jayapura (Lamba, 2010). Besarnya pengaruh faktor permintaan ini, Kondisi penyebaran penduduk kota Jayapura yang tidak merata yang mengakibatkan penduduk cenderung memenuhi kebutuhannya dari apa yang ditawarkan di daerah sekitar mereka. Suasana tersebut akan membuat permintaan terhadap suatu barang dan jasa meningkat, yang pada akhirnya akan mendorong masyarakat pencari kerja untuk menjawab permint­aan tersebut dengan membuka berbagai usaha-usaha kecil yang sifatnya informal, dan masyarakat yang memiliki kesibukan seperti yang bekerja di kantor, akan sangat mudah menerima barang yang ditawarkan, karena harganya yang lebih murah dibandingkan sektor formal, walaupun kualitasnya sedikit lebih rendah.


BAB 3 PENUTUP
A.   Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa: (1) Kondisi sektor informal di kota Jayapura sangat fleksibel dalam men­erima tenaga kerja dengan latar belakang yang berbeda-beda (jenis kelamin, umur, suku, tingkat pendidikan, bahkan modal). Produktivitas mereka juga sangat tinggi, karena omzet yang dihasil­kan oleh seorang pelaku sektor informal jauh lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. (2) Faktor yang mempengaruhi tingkat fleksibilitas sektor informal kota Jayapura adalah sumberdaya manusia dan permintaan, yang berpengaruh negatif, berkebalikan dengan pengaruhnya terhadap produktivitas. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya memberi perhatian terhadap sektor infor­mal melalui pelatihan, pengembangan infrastuktur, proyek-proyek padat karya dan juga dengan penegasan status politik Papua agar menarik investor luar

B.    Saran
Sektor informal sebagai sektor alternatif bagi para migran cukup memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan.


Selain membuka kesempatan kerja, sektor informal juga dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat kota. Namun, pertumbuhan sektor informal yang pesat tanpa mendapat penanganan yang baik dan terencana akan menimbulkan persoalan bagi kota. Untuk itu, pemerintah kota harus jeli dalam menangani masalah sektor informal itu. Sehingga, sektor informal dapat tumbuh dengan subur tanpa mengganggu kepentingan umum, terutama tidak mengganggu keamanan, ketertiban dan keindahan kota.






Daftar Pustaka

Lamba,Arung.2011. Kondisi Sektor Informal Perkotaan Dalam Perekonomian Jayapura-Papua.(online). Tersedia : fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/9-Arung-Lamba.pdf‎. (29 Desember 2013)

Jumat, 02 September 2011

Resensi novel Dunia Aradia



RESENSI NOVEL DUNIA ARADIA
RESENSI NOVEL
MENEMUKAN KEUNIKAN BUKU
Judul Buku                  :  Dunia Aradia
Pengarang                   :  Primadonna Angela
Penerbit                      :  PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman                     : 264 halaman
Kertas                        : 20x13,5 cm, abu keputih-putihan
Tebal                          : 1 cm
Terbit                          : Jakarta, Maret 2009

                Aradia Morgana. Gadis puluhan tahun yang berprofesi sebagai penerjemah ini, diasuh oleh ibunya tanpa seorang ayah. Ayahnya meninggalkan ibunya dan kakaknya, Eir sejak ia masih bayi. Sekitar 3 atau 4 tahun ia mulai menyadari kalau ada kekuatan sihir dalam dirinya.
                Eir ternyata adalah Ratu Penyihir, kalau saja ia tidak meninggal, dan sudah mempunyai anak bernama Jasper dari suaminya Nicolas. Tetapi, kecelakaan merenggut nyawa Eir dan Nicolas, sehingga Aradia harus menggantikan kakaknya sebagai Ratu Penyihir dan merawat Jasper yang sering mengacaukan hidupnya.
                Sebagai Ratu Penyihir, Aradia harus pandai-pandai memilah dunia nyata dan dunia yang diperintahnya. Dan sebagai pengasuh Jasper, ia merasa banyak hal aneh pada diri Jasper.
                Seiring berjalannya waktu, ia bertemu dan jatuh cinta pada Seth, tetapi Tatia, ibunya Aradia malah menjodohkannya dengan Sylvan Stone, dan menganggap Seth tidak baik untuknya. Siapakah sebenarnya Seth dan Sylvan? Yang pasti kedua orang tersebut adalah orang yang paling berpengaruh bagi hidup Aradia.
                Keadaan pemerintahannya mulai tidak stabil dan terancam, saat shadowlord, musuh bebuyutan para penyihir mulai menyerang, bersatu, dan berniat menguasai dunia sihir dan dunia nyata melalui satu jalan, yaitu ambrosia! Tanaman para dewa yang  bisa menyembuhkan semua penyakit, kematian sekalipun! Menumbuhkan bunga hanya seribu tahun sekali, satu gigitan buahnya akan memperpanjang usia hingga seratus tahun. Bagaimana Aradia menyelesaikan masalah percintaannya dan yang terpenting menjadikan dunia sihir dan dunia nyata menjadi aman dan seimbang?
                Novel karya Primadonna Angela yang ke-15 ini sedikit berbeda dengan novel-novel sebelumnya, novel-novel sebelumnya menceritakan kehidupan nyata, tetapi  ‘’Dunia Aradia’’  menceritakan tentang sihir tetapi bercampur dengan kehidupan nyata juga. Novel ini sangat pas untuk dibaca, karena dipadukan oleh cerita mengharukan, menegangkan, dan juga humoris. Cerita ‘’Dunia Aradia’’ ini juga sulit untuk ditebak, sehingga memberikan kejutan-kejutan bagi para pembacanya.
UNSUR-UNSUR INTRINSIK NOVEL 
  1. Tema : Pengorbanan
  2. Tokoh : Aradia , Jasper, Seth, Tatia, Sylvan, Arianhold  
  3. Penokohan  : Aradia – Sederhana, bijaksana, rela berkorban .
    Sylvan -  Penolong, pelindung, rela berkorban.
    Seth- Egois, ambisius, cerdik.
    Indri- Polos, pintar, pengertian.
    Arianhord- Pengertian, bijaksana, penyabar.
    Jasper- Pintar, Jahil, nakal, perhatian.
                        Tatia- Cerewet, terlalu memperhatikan penampilan, perhatian
  4. Alur : Maju
  5. Latar : Bandung dan Pulau Misteri
  6. Sudut Pandang : Orang ketiga
  7. Gaya Bahasa : Mudah dipahami, sedikit menggunakan bahasa asing
  8. Amanat :  Dalam menjalani hidup, kita tidak boleh terlalu berambisi untuk mendapatkan    sesuatu, sehingga kita menghalalkan segala cara dan akhirnya membuat seseorang atau kelompok yang lain menderita, kita juga harus berani dan berkorban untuk mempertahankan sesuatu yang benar.

UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK NOVEL
1. Biografi Pengarang
Primadonna Angela Mertoyono, lahir  7 Oktober 1976; umur 35 tahun  adalah seorang penulis asal Indonesia. Ia menamatkan kuliah di Jurusan Sastra Inggris Universitas Padjadjaran dengan predikat cum laude, ia baru menerbitkan buku pertamanya setelah menikah pada tahun 2004 dengan Isman H. Suryaman, seorang penulis humor. Karya-karyanya termasuk dalam kategori fiksi populer, mengarah pembaca remaja (13-20 tahun) dan dewasa (20-40 tahun).
2. Nilai Moral
Kita harus berani berkorban untuk hal yang benar seperti yang dilakukan Aradia untuk mengorbankan hidupnya demi keselamatan manusia dan penyihir.
3. Nilai Agama
Bersyukur atas anugerah tuhan yang diberikan-Nya kepada kita, dan berusaha menggunakannya sebaik mungkin, seperti anugerah sihir Aradia
4.  Nilai Sosial
Dalam hidup bermasyarakat kita harus menghargai adanya perbedaan , dan harus selalu hidup berdampingan, seperti yang dilakukan Aradia.

KELEBIHAN
Novel ‘’Dunia Aradia’’ sangat pas untuk dibaca, karena dipadukan oleh cerita mengharukan, menegangkan, dan juga humoris, banyak pelajaran yang dapat diambil dari ceritanya, serta penulis dapat membuat cerita fiksi ini kelihatan nyata.
KEKURANGAN

Banyak bahasa asing yang kurang dimengerti, misalnya Bahasa Inggris, sehingga pembaca jadi melewatkan bagian yang berbahasa asing tersebut dan tidak mengetahui sedikit bagian dari cerita tersebut.